Jumat, 29 April 2011

mediaindonesia : Tangkal NII, Bangun Semangat Pluralisme di Kampus

JAKARTA--MICOM: Gencarnya radikalisasi peserta didik khususnya mahasiswa yang menjadi korban cuci otak NII belakangan ini mesti ditangkal dengan membangun semangat kehidupan yang toleran dan semangat pluralisme.

"Pola pikir saling menghormati, membangun pluralisme, serta toleransi satu sama lain bahwa kita memiliki perbedaan dapat menjadi salah satu penangkal menghadapi gerakan NII," kata Mendiknas M Nuh pada acara silaturahmi dan diskusi dengan sejumlah media di Kantor Kemendiknas, Jakarta, Kamis malam (28/4).

Namun tidak cukup dengan itu, pola pikir berbangsa, bernegara dan cinta tanah air mesti dibangun karena provokasi NII yang mengkafirkan NKRI.

" Munculnya pemikiran radikal ini ada yang menanam, karena subur tanahnya dan cocok. Lalu ada pupuknya di antaranya kalau pemerintah gagal menyejahterakan rakyat dan menegakkan keadilan. Bila ini terjadi mereka memperkuat doktrinnya.Nah pemikiran ini mesti ditutup juga dengan pemikiran yakni dengan pendidikan karakter yang menumbuhkan kecintaan kepada tanah air, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI,"paparnya.

Guru Besar ITS (Institut Teknologi Surabaya) ini mengakui doktrin seolah olah NKRI tidak penting dari NII mesti ditangkal pula dengan merevitalisasi kurikulum mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dan pelajaran agama."Jadi kita akan mereview pelajaran PKN dan Agama yang lebih menumbuhkan kecintaan pada tanah air,toleransi terhadap perbedaan,pluralisme bahwa semua orang dan berbagai agama berhak hidup di tanah air seperti semboyan Bhineka Tunggal Ika," kata M Nuh.

Tentang maraknya gerakan NII saat ini,Mendiknas mengaku jajarannya kaget. Hemat dia, gencarnya NII sekarang akibat adanya kelengahan di era reformasi pascaruntuhnya Orde Baru yang dahulu gencar mendoktrin Pancasila melalui penataran P4.

"Ya kita, kaget dan terus terang kita pernah lengah.Pasca reformasi hingga 10 tahun ini orang seperti tabu bicara Pancasila dan UUD 45," imbuhnya.

Sementara pada 1980-1990 benih NII itu sudah ada ditanam dengan dunia luar, ditambah masa suburnya bila negara gagal menyejahterakan rakyat diiringi euforia kebebasan pascareformasi.

"Jadi benih NII dan radikalisasi muncul pada tahun 80-90an terus tumbuh maka 2011 ini benih mereka yang kita hadapi sekarang," tukasnya.

Terkait kebijakan mengurangi pengaruh NII di kampus dan mahasiswa saat ini, Mendiknas menyatakan pihaknya melakukan tiga hal. Pertama, meminta semua Perguruan Tinggi di Indonesia membuka ruang dialog akademik dan keilmuan (tanpa doktriner) yang menanamkan pilar-pilar bingkai NKRI seperti Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan UUD.

Kedua, kampus menghidupkan kegiatan ekstra kurikuler kemahasiswaan dan mengaktifkan organisasi organisasi ekstra kampus. Ketiga, bagi pelaku anggota NII atau mahasiswa yang aktif mendoktrinasi mahasiswa lain diserahkan ke ranah hukum. (OL-12)

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/04/04/221906/293/14/Tangkal_NII_Bangun_Semangat_Pluralisme_di_Kampus



Tidak ada komentar:

Posting Komentar