Jumat, 29 April 2011

rakyatmerdekaonline : PDIP: Menteri Keuangan yang Ceroboh Mendelegitimasi Kepemimpinan SBY

ARIF BUDIMANTA/IST
  
RMOL. Kemarin, di sela pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas), di Bidakara, Jakarta, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan target akhir pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi adalah penghapusan Premium secara bertahap dan pasti.

Kalau Premium sudah hilang, maka rakyat akan dipaksa untuk menggunakan Pertamax yang harganya 100 persen mencerminkan harga pasar. Dengan demikian, menurut pemerintah, APBN takkan lagi terbebani.

Tentu saja skenario yang diutarakan Menkeu itu mendapat penentangan dari DPR. Wacana menghilangkan Premium dianggap sama dengan menaikkan harga BBM.

"Tindakan Menkeu yang ceroboh ini secara tidak langsung akan menyebabkan keresahan sosial di masyarakat dan mendelegitimasi kepemimpinan presiden," ujar Anggota Komisi XI dari Fraksi PDI Perjuangan, Arif Budimanta, kepada wartawan melalui hubungan telepon, Jumat (29/4). 

Menurutnya, yang perlu dikerjakan pemerintah saat ini adalah dua hal penting. Pertama, memastikan target pembangunan, penciptaan lapangan kerja dan penurunan kemiskinan tercapai sesuai dengan Amanat UU 10/2010 APBN 2011.

Kedua, fokus dalam melakukan audit dan penghematan cost recovery yang direncanakan mencapai Rp 140 triliun dan biaya cost operation pengadaan dan penyaluran BBM.

Pada sisi lain, lanjut Arif, seharusnya pemerintah juga konsisten dalam menjalankan kebijakan pengembangan energi yang terbarukan seperti biofuel mengingat Indonesia adalah negara agararis ataupun energi yang berbasis panas bumi karena wilayah Indonesia adalah negara vulkanik.

Cadangan devisa Indonesia yang hampir US$ 120 miliar dan terbesar dalam sejarah moneter saat ini, harusnya bisa dikanalisasi untuk meningkatkan kemampuan dan kedaulatan ekonomi Indonesia khususnya di bidang energi.

Terkait energi alternatif, menurut Direktur Mega Institute ini, di Jakarta saja bajaj yang seharusnya menggunakan BBG (bahan bakar gas) banyak dimodifikasi jadi menggunakan premium.

"Menurut pengakuan supir bajajnya, untuk mengisi BBGnya lama (antri) sehingga untuk isi sedikit terlalu buang waktu. Sedangkan mereka umumnya bersifat "shift-shift"an sehingga biasanya pengisian bahan bakarnya sedikit-sedikit," ungkap Arif.[ald]

http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=25642






Tidak ada komentar:

Posting Komentar