Sabtu, 30 April 2011

tempointeraktif : Kementerian Perindustrian Desak Cina Turunkan Pajak Ekspor

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Perindustrian meminta Pemerintah Indonesia mendesak Cina menurunkan pajak ekspor pada produk bahan olahan tertentu yang dibutuhkan Indonesia. "Cina banyak mengambil bahan baku dari alam Indonesia. Namun, produk olahan itu dijual dengan bea ekspor tinggi," kata Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Agus Tjahajana di Jakarta, Jumat 29 April 2011.

Agus mencontohkan sektor industri baja. Cina mengimpor pasir besi untuk diolah menjadi bahan baku baja, seperti slab, billet, dan kokas. Saat menjualnya ke Indonesia, pengusaha Cina menerapkan biaya ekspor produk hingga 40 persen. Padahal, di sisi lain, Indonesia justru sama sekali tidak menerapkan pajak ekspor untuk pasir besi.
Karena itu, seiring dengan kedatangan Perdana Menteri Cina Wen Jiabao ke Tanah Air, Agus mengharapkan Cina mencabut atau mengurangi pajak ekspor produk olahan, khusus penjualan ke Indonesia. Aturan biaya ekspor Cina itu seharusnya berlaku untuk semua negara. Bukan hanya untuk Indonesia. "Melalui kesepakatan kerja sama di antara dua negara, hal itu mungkin dilakukan," ujarnya.
Agus pun meminta Cina selektif dalam mengekspor barang. Selama ini banyak keluhan terhadap kualitas produk impor dari Cina. Menurut Agus, Cina dapat menerapkan standar produk internasional pada semua produk yang akan diekspor ke Indonesia. "Semua produk yang akan dikirim ke sini sudah menjadi standar di sana," katanya.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan, pemerintah sudah menyiapkan 22 kesepakatan dalam kunjungan Wen Jiabao selama 29-30 April. Ada dua jenis kesepakatan: berbentuk perjanjian dan nota kesepahaman. "Sebagian akan dibahas pada pertemuan bisnis besok (hari ini). Sebagian lagi dibahas di hadapan Presiden sore ini (kemarin)," ujar Hatta.
Sejumlah kesepakatan terjadi di sektor investasi, seperti manufaktur dan infrastruktur. Bahkan, kata Hatta, Cina juga akan melakukan investasi dalam pengembangan bisnis di daerah. Salah satunya pengembangan pabrik semen di Papua. Untuk semua investasi, pemerintah dan pengusaha Cina sudah menyepakati anggaran US$ 10 miliar.
Agus menambahkan, hendaknya investasi tersebut dapat memacu investasi Cina lain di Indonesia. Dengan begitu, nantinya bukan hanya nilai ekspor yang besar, tapi sekaligus investasi Negeri Tirai Bambu itu pun meningkat. "Kami berupaya membantu mencarikan partner untuk mereka di sini," katanya.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Suryo Bambang Sulisto menyambut gembira kedatangan pemimpin Negeri Panda. Apalagi kedatangan itu memastikan tambahan investasi, terutama dalam percepatan pembangunan infrastruktur. Dunia usaha akan lebih mendorong nilai tambah menghadapi kerja sama bisnis dengan Cina.
Suryo mengingatkan agar kerja sama bisnis yang dibangun bisa saling menguntungkan di antara kedua belah pihak. Terkait dengan keluhan dunia usaha terhadap rendahnya rasio perdagangan Indonesia terhadap Cina, Suryo berjanji akan melakukan pembicaraan intens dengan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.

http://tempointeraktif.com/hg/bisnis/2011/04/30/brk,20110430-331125,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar