Sabtu, 07 Mei 2011

rakyatmerdeka - Laksamana Agus Suhartono: Duit Tebusan Dibawa Tenggelam, Kita Bawa Speed Boat Perompak

Pemberian tebusan sekaligus operasi militer terhadap perompak Somalia merupakan strategi yang pas demi keselamatan 20 anak buah kapal  MV Sinar Kudus.
“Salah satu pertimbangannya adalah seluruh ABK yang disan­dera itu tidak selalu berada satu kapal, sehingga upaya yang pa­ling realistis adalah dengan pem­berian tebusan dan aksi militer,’’ kata Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono.
Menurutnya, setelah pembajak tidak berada di kapal MV Sinar Kudus, dilakukan aksi militer dengan melakukan pengejaran terhadap pembajak.
“Pembajak menyerang,  tem­bak menembak terjadi. Empat pembajak dilumpuhkan dan jatuh ke laut. Jenazahnya tidak bisa di­temukan. Namun speed boot-nya bisa kita tarik dan kita naikkan ke kapal dan dibawa ke Indonesia,” papar.
Berikut kutipan selengkapnya:
Mengapa proses pem­be­basan ABK Sinar Kudus sangat lama?
Ada beberapa pertimbangan. Pertama, hasil de­teksi dari pe­sawat yang diter­bang­kan di laut bahwa kapal Sinar Kudus dijang­karkan sejajar dengan delapan kapal lain yang dibajak juga. Kedua, belum ada negara-negara yang membebas­kan saat nego jangkar.
Ketiga, ABK yang disandra sering dipindah ke kapal lain, se­hingga yang berada di kapal tidak lengkap. Keempat, tiap kapal yang dibajak dijaga pasukan pengaman. Kemudian dilaporkan ada sekitar 15-20 kelompok pem­bajak yang terorganisir dengan baik. Per kelompok sekitar 30 orang.
Operasi militer sudah diren­ca­na­kan sebelumnya?
18 April 2011 digelar rapat ter­batas di Bogor dengan dua pu­tusan. Pertama; selamatkan san­dera terlebih dahulu dan dilan­jutkan pengejaran terhadap pem­bajak dan operasi militer. Kedua, aksi serentak pembebasan san­dera dengan kekuatan satu LPD (Landing Platform Dock), satu helikoter dan pasukan khusus terdiri dari Marinir, Kopassus, Kostrad, dan Kopaska.
Bagaimana dengan empat pe­rompak yang tewas dan uang tebusannya?
Ini sesuai dengan skenario awal. Mengenai uang tebusannya tidak kita temukan. Sebab, uang tebusan itu di atas kapal sudah dibagi-bagi kepada beberapa pihak. Pada saat pembagian itu ada terdapat 82 orang, dan di­bawa masing-masing. Kalau <I>toh ada sama pembajak, itu ikut tengge­lam bersama pembajak­nya. Yang kita bawa adalah speed boot yang digunakan pe­rompak.
Lho bukannya semua uang te­busan itu untuk perompak?
Setelah droping dilakukan,  uang tebusan dibawa ke kapal Sinar Kudus untuk dihitung. Dicek palsu atau tidak. Kemudian langsung dibagi yang terlibat pembajakan. Seperti, investor 50 persen, pembajak 30 persen, tokoh informal 10 persen dan penjaga 10 persen.
Bagaimana menyelesaikan kasus pembajakan yang ada di Somalia?
Memang kita ketahui masih banyak kapal yang belum dibe­baskan dari beberapa negara de­ngan  sandera hampir 600 orang. Diharapkan Negara-negara ini bersatu. Kami ingin pembajakan di Somalia bisa selesai dengan restu dari DK PBB yang meng­koordinir seluruh negara untuk melakukan penyelesaian secara bersama.
Bukannya di sana sudah ada pasukan Combined Task Force (CTF)?
CTF mengamankan jalur pela­yaran di Pulau Aden. Sepanjang jalur pelayaran itu ditempati pa­su­kan multinasional. Kapal-kapal melalui jalur Aden harus me­lalui titik tertentu yang dija­min kea­manannya. Namun belum dilaku­kan pembahasan untuk menyele­saikan kapal-kapal yang saat ini dibajak. Untuk itu seyog­ianya didorong pasukan muti­nasional atas restu DK PBB se­cara ber­sama-sama mela­ku­kan ope­rasi bersama.
Indonesia berperan dalam CTF?
Kita diberikan tawaran untuk menempatkan perwira angkatan laut kita bersama-sama dalam CTF 151 atau kombain pos di teluk Oman yang dipimpin  Singapura. Saat ini kita sudah mengirimkan dua perwira mene­ngah di kapal tersebut. Kebera­daan perwira tersebut sangat berarti sekali untuk menjem­ba­tani antara petugas kita dengan CTF yang sedang bertugas di sana.
Koordinasi itu sangat baik, perwira ini sebagai staf CTF 151 tetap akan kita tempatkan di sana untuk mengantisipasi bila ada kapal berbendera Indonesia yang melewati daerah-daerah rawan tersebut.
Kenapa tidak mengawal ka­pal­nya saja?
Beberapa negara saat ini meng­a­wal kapal, itu benar. Tentunya untuk Indonesia akan mengkaji dulu apakah nanti layak menem­patkan kapal di sana atau menga­wal kapal berbendera Indonesia yang berlayar melalui perairan Somalia. Tentunya ini akan di­putuskan dengan menghitung berapa jumlah kapal Indonesia dan frekuensinya yang melintas di sana. Kita akan melihat apakah cukup efektif bila kita menem­patkan kapal di sana atau menem­patkan personel keamanan di kapal berbendera Indonesia. Ini akan dibahas.
Bagaimana dengan kapal Singapura yang terdapat WNI?
Beberapa waktu lalu memang benar ada 13 WNI dari 25 ABK dari kapal berbendera Singapura. Saya prihatin atas kejadian ini. Untuk itu kita akan berkoordinasi dengan Singapura. Mengingat kapal itu berbendera Singapura dan milik negara tersebut, se­hingga kegiatannya harus seizin dari pemerintah Singapura. Kita akan melakukan penjajakan untuk kemungkinan keterlibatan bersama-sama menyelesaikan pembajakan ini.

http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=26422

Tidak ada komentar:

Posting Komentar