Senin, 23 Mei 2011

rakyatmerdeka : Puan Maharani: Saat Berbicara Pancasila Tidak Ada Istilah Oposisi

RMOL.Terobosan MPR meminta Megawati Soekarnoputri berpidato saat peringatan hari lahirnya Pancasila 1 Juni dinilai sangat tepat untuk mengungkap makna filosofi yang terkandung dalam Pancasila.
Ada tiga alasan Megawati di­nilai pas menyampaikan pidato tersebut. Pertama, sebagai putri Bung Karno selaku penggali Pancasila. Kedua, Presiden RI ke-5. Ketiga, Ketua Umum PDI Perjuangan, sebuah partai yang berlandaskan ideologi Pancasila 1 Juni 1945.
“Ibu Megawati dapat menyam­paikan apa yang menjadi cita-cita Presiden pertama Republik Indo­nesia untuk negara ini. Sebab, be­liau (Mega) benar-benar mema­hami pemikiran Bung Karno se­bagai penggali Pancasila,” ujar Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani, kepada Rakyat Mer­deka, di Jakarta, belum lama ini.
Berikut kutipan wawancara dengan putri Megawati Soe­karno­putri itu:
Ketua MPR Taufik Kiemas dan jajarannya menemui Mega­wati Soekarnoputri untuk ber­pidato dalam peringatan Panca­sila, bagaimana perasaannya mengingat kedua tokoh itu ada­lah orangtua Anda?
Saya melihat kunjungan terse­but sangat sederhana. Artinya tidak perlu dipermasalahkan. Karena kunjungan tersebut ada­lah kunjungan resmi dari pimpi­nan MPR ke Presiden ke-5 Re­publik Indonesia dengan agenda resmi.
Apa sebelumnya sudah dibi­carakan di internal keluarga atas rencana kedatangan Taufik dan pimpinan MPR lainnya tersebut?
Sejak dulu di keluarga kami ada kebiasaan  saat di rumah tidak ter­lalu sering membicarakan ma­sa­lah politik. Yang jelas saya me­lihat, MPR telah mengirimkan surat secara resmi kepada Ibu Mega. Semua dilakukan sesuai prosedur yang berlaku. Saya ma­kin salut dengan Ibu Megawati dan Pak Taufik karena bisa me­misahkan mana tugas keluarga dan mana tugas negara. Permin­taan kunju­ngan dilakukan secara resmi oleh MPR dan disambut juga secara resmi oleh Ibu Mega­wati, beserta Sekjen PDI Perjua­ngan Pak Tjahjo Kumolo dan saya.
Bagaimana tanggapan inter­nal PDIP terkait rencana pidato Megawati tersebut?
Kami menyambut baik peri­nga­tan Pancasila 1 Juni menda­tang. Kami percaya setelah nanti Ibu Mega menyampaikan pidato­nya, banyak orang akan ingat kembali bahwa Pancasila itu dari, milik, dan untuk Indonesia.
Ada yang menilai kunjungan pimpinan MPR itu ada muatan politisnya, bagaimana komen­tar Anda?
Menurut saya kunjungan para pimpinan MPR ke rumah Ibu Megawati itu sudah sepantasnya. Sebab, ada permintaan untuk ber­pidato. Mereka menjelaskan bahwa peringatan Pancasila 1 Juni tahun ini dilakukan agak berbeda. Sebelumnya hanya Pre­siden yang memberikan pi­dato, tapi tahun ini ada pidato Pre­siden ke-3 dan ke-5.
Apakah ini untuk mem­bang­kitkan semangat Pan­­­casila di te­ngah an­ca­man NII?
Saya ingin meng­ingatkan su­paya jangan me­nying­­kat nama orga­nisasi itu, tapi meng­gu­nakan nama leng­­kap­nya yaitu Ne­gara Islam In­do­nesia. Hal ini agar rakyat Indonesia sa­dar betul bah­wa nia­tan mereka adalah mendiri­kan ne­gara di luar Ne­gara Kesa­tuan Repu­blik Indo­­nesia (NKRI).
Saya juga ingin menegaskan bahwa Pancasila itu ideologi bangsa Indonesia. Artinya harus tercermin pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Hidup dan matinya Pancasila ada di tangan kita, orang Indonesia.
Anda melihat ini menjadi mo­­men penting untuk mengga­lakkan kembali Pancasila?
Kita semua harus mengingat bahwa Pancasila itu harus ada di hati sanubari. Bukan hanya saat seremonial saja. Makanya, kami ingin Pancasila diterapkan dalam kehidupan kita sebagai orang Indonesia. PDI Perjuangan sudah secara nyata menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap ke­bijakan.
Dalam acara ini, Megawati dan SBY hadir, apakah ini upaya untuk  “mendamaikan” kedua tokoh tersebut?
Saat kita bicara bangsa dan negara yang berkaitan dengan Pan­casila, para pemimpin bangsa ini sudah jelas sepaham dan se­tuju untuk menjaga, menga­mal­kan, dan melaksanakan Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki fungsi integratif, motivatif dan inspi­ratif. Integratif maksudnya mem­perat persatuan kita. Motivatif artinya memberi semangat serta arah bagi kehidupan masyarakat. Inspiratif  artinya menjadi sumber inspirasi dalam menyelesaikan segala persoalan bangsa Indo­nesia.
Anda melihat langkah ini se­bagai usaha merangkul para to­koh oposisi?
Menjaga, mengamalkan, dan melak­sanakan Pancasila tidak ada hubungan dengan posisi poli­tik. Kita semua sudah sepa­kat tentang Pancasila. Saya rasa ini sederhana dan sangat jelas, bah­wa kita harus menegakkan Pan­casila tanpa melihat latar bela­kang politik yang kita miliki.

http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=27903

Tidak ada komentar:

Posting Komentar