Minggu, 17 Juli 2011

antaranews - Ansor: Pesantren Umar bin Khattab Harus Ditutup

Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Nusron Wahid, mengatakan Pesantren Umar bin Khattab, Bima, Nusa Tenggara Barat harus ditutup supaya tidak menciptakan stigmatisasi terhadap pesantren secara keseluruhan.

"Jangan sampai pesantren diidentikkan sebagai pelaku kekerasan," ujar Nusron usai menggelar Apel GP Ansor di Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta. Minggu, menanggapi ledakan bom yang terjadi di Pesantren Umar bin Khattab, Bima.

Kendati demikian, ia mengimbau pemerintah agar tegas bertindak untuk bersikap proaktif terhadap pesantren-pesantren yang mengajarkan tindak kekerasan.

"Kalau tidak ada ketegasan dari pemerintah, kami melalui Banser Densus 99 akan sweeping dan berkoordinasi dengan aparat kepolisian. Saya akan bantu aparat keamanan terkait sweeping itu," katanya.

Nusron tidak merinci pesantren mana saja yang mengajarkan tindak kekerasan, dia menegaskan semua yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 harus ditutup.

"Saya tidak mau menyebut satu per satu pesanten. Yang jelas semua pesantren yang mengajarkan tindak kekerasan dan tidak mau mengajarkan Pancasila dan UUD 1945, semua harus ditutup," tegasnya.

Sebelumnya, Anggota Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (Polda NTB) menciduk pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Umar bin Khattab, Ustad Abrori, karena diduga terkait ledakan bom.

Ketut mengatakan, Ustad Abrori ditangkap petugas di kediaman orang tuanya di Desa Khananga Kecamatan Bolo, Jumat sekitar pukul 12.30 WITA.

Penyidik juga masih memeriksa intensif lima orang saksi lainnya yang masih diamankan karena diduga mengetahui bom di Ponpes Umar bin Khattab. 


http://antaranews.com/berita/267708/ansor-pesantren-umar-bin-khattab-harus-ditutup

antaranews - Ketela Berpotensi Jadi Bagian Ketahanan Pangan Indonesia

Yogyakarta, 17/7 (ANTARA) - Ketela adalah bahan pangan lokal yang berpotensi menjadi bagian dari ketahanan pangan Indonesia sehingga negara tidak lagi menggantungkan pangan dari luar negeri seperti yang terjadi selama ini.

"Indonesia adalah negara yang sangat subur dan kaya sehingga memiliki bahan pangan yang sangat bervariasi dan seharusnya tidak perlu melakukan impor bahan pangan lain seperti beras, gula bahkan daging sapi dan produk susu lainnya," kata Ketua Panitia FestiAll Tela Firmansyah Budi di sela-sela pembukaan festival yang baru digelar untuk pertamakalinya tersebut di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, impor berbagai bahan pangan yang sebenarnya dapat dipenuhi oleh Indonesia tersebut sangat memprihatinkan sehingga perlu gerakan bersama-sama dari seluruh elemen masyarakat untuk lebih mengutamakan pemanfaatan bahan pangan lokal.

Ia mengatakan, ketela adalah bahan pangan yang ketersediaannya sangat melimpah sehingga bisa diolah menjadi berbagai macam produk olahan.

"Ketela seharusnya bisa menjadi bahan pangan yang berkelas dunia. Ketela juga bisa diolah sehingga menjadi makanan yang menarik. Di sini saja, ada lebih dari 200 jenis makanan yang ditampilkan," katanya.

FestivAll Tela tersebut juga mendapatkan rekor dari Museum Rekor Indonesia (Muri) karena menampilkan 445 jenis makanan dari ketela yaitu 209 jenis makanan dari Cokro Tela Cake dan 236 macam hasil olahan makanan yang ditampilkan oleh peserta festival.

Berbagai jenis bahan makanan yang dapat dihasilkan oleh ketela adalah ice cream, nastar, keripik, cendol, dan juga makanan kering lainnya.

"Dari festival ini, ada istilah untuk `mendem` ketela yang dalam Bahasa Jawa bisa berarti dua hal, yaitu menanam atau mabuk ketela. Harapannya, masyarakat akan lebih mencintai ketela sekaligus memberdayakannya," katanya.

Sementara itu, Wakil Gubernur DIY Sri Paduka Paku Alam IX yang membacakan sambutan dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan, kegiatan tersebut sangat trategis untuk memacu penganekaragaman produk makanan lokal, khususnya dari ketela.

"Menurut ahli, ketela adalah bahan pangan yang banyak mengandung gizi. Saat ini pun, bahan makanan ini sudah mulai banyak dikonsumsi," katanya.

Ia berharap, ketela bisa menjadi sajian istimewa dari Yogyakarta dan dapat disajikan menjadi makanan di hotel-hotel berbintang. "Ini juga akan mendukung Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata," katanya.

Di dalam acara tersebut, Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto disertai sejumlah tokoh masyarakat melakukan "Deklarasi Daulat Pangan Indonesia" yang berisi dukungan untuk pengembangan dan penggunaan produk olahan pangan lokal dengan bahan pangan lokal.

"Dengan demikian, akan terwujud ketahanan pangan nasional sehingga menjadi bangsa mandiri yang menghidupi masyarakatnya dengan olahan pangan dari kita, oleh kita dan untuk kita," katanya.  


http://antaranews.com/berita/267715/ketela-berpotensi-jadi-bagian-ketahanan-pangan-indonesia